Berburu Ayat-Ayat Suci (Danarto)
Danarto
Sumber: Republika, Edisi 10/23/2005
Orang-orang berbondong berburu ayat-ayat suci. Berebut di masjid, pasar, kampus, stasiun, mall, café, dan warung-warung tegal. Dengan teriakan, tangisan, dan gelak tawa, rakyat antre siang malam memunguti sisa-sisa tiang negara yang roboh. O, tsunami, gempa, tanah longsor, dan banjir yang susul-menyusul, menciptakan para pedagang, melenyapkan air bersih, menyingkirkan orang-orang suci dari percaturan peradaban. Orang-orang bergerombol menunggu aba-aba perampokan, penggarongan, penghancuran, huru-hara. Di sini jerit tangis memenuhi alun-alun: ayat-ayat suci sudah digondol maling. Tak remah-remah pun tersisa. Juga tikus, kucing, kadal, dan segala binatang berkaki empat maupun dua, mengais-ais.
O, tolonglah berbagi sedikit, teteskan ayat suci yang kamu dapat, untuk haus kami, lapar kami, derita kami.Apa urusanku dengan hausmu, laparmu, dan penderitaanmu? Orang-orang mendongak ke angkasa.Tuhan, ulurkan tanganMu. Para wisatawan meninggalkan ayat-ayat suci di bak sampah, meja restoran yang acak-acakan, wastafel yang krannya ngocor terus, di lapangan parkir yang lalu-lalang, melupakan ibunya, ayahnya, saudara-saudaranya, ngebut dengan mobil 150 km perjam, menuju entah-berantah.
Di antara reruntuhan negara yang roboh, para pemulung, pengemis, gelandangan, preman, saling berbagi dan tukar tambah ayat-ayat suci dengan ramai, menyimpannya di bawah tikar bobrok yang menyelamatkan hidup mereka.
10.10.2005
TABIR
Berenang di laut luas, awan lepas, bangau meniti buih pedas, gaung matahari berbias-bias, o, cakrawala, rindu kampung pulang antara, mata kail asat samudera, mendaki air menguras permata, bertemu karang di kamar magenta. Cadas, cadas, desah ragam hapus bilas, kekasih mencurah senter pada gelap liputan akhir dari gelas.
20.6.2004
KOLAM
Ya, Allah, Tuhan Yang Mahakepujian.
Tunjuki hamba, kolam yang mana yang
mesti hamba mandi. Rasanya hamba kembali
kotor padahal hamba baru saja selesai mandi.
Kolam ini bersih, sejernih lantai istana
Nabi Sulaiman.
Bahkan Engkau bisa becermin di dalamnya.
Menghitung jumlah hamba-hambaMu yang
Engkau kasihi.
Jangan, Tuhan, jangan. Jangan dulu diganti
umat yang baru, meski kami banyak
melanggar aturan.
Kami memang pemalas, mau menang sendiri,
suka iri kepada orang lain, amburadul dalam
bekerja. Namun, kami beribadah terus memohon
jalan lurusMu.
HidayahMu, ya, Allah, hidayahMu. Ulurkan
tanganMu, karuniai kolamMu, menolong
bangsa ini yang hancur-hancuran.
20.1.2005
Suka, sebagai inspirasi 👍
BalasHapusBagus sangat memotivasi
BalasHapus